Saterdag 27 Junie 2015

SASTRA BANDING DONGENG CINDERELLA


ADAPTASI BUDAYA DALAM DONGENG CINDERELLA (INGGRIS) DAN BAWANG MERAH BAWANG PUTIH (INDONESIA)
        Melati Putri Utami dan Eri Endah Saputri               
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Kajian sastra banding ini berjudul “ Adaptasi Budaya dalam Dongeng Cinderella (Inggris) dan Bawang Merah Bawang Putih (Indonesia)”. Tujuan kajian ini adalah untuk membandingkan budaya antara dongeng Cinderella dan dongeng Bawang Merah Bawang Putih serta membandingkan budaya yang ada di Inggris dengan budaya yang ada di Indonesia. Berdasarkan analisis dalam dongeng tersebut ditemukan persamaan dan perbedaan dalam budaya yang ada dalam dongeng Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih serta terdapat perbandingan budaya tersebut. Persamaan budaya dalam kedua dongeng tersebut yaitu sama-sama memiliki budaya menikah dengan pangeran, sedangkan perbandingan budaya yang ada dalam dongeng Cinderella adalah budaya dansa yang meriah sedangkan budaya dalam dongeng bawang merah bawang putih  yaitu budaya pernikahan yang sederhana.
Kata kunci: Adaptasi, budaya, dongeng.
A.    Pendahuluan
Sastra banding awalnya memang berkembang di Prancis, Inggris, Jerman dan Negara-negara Eropa lainya. Selanjutnya sastra bandingan juga melebarkan sayap ke Amerika dan Asia pada umumnya. Sejak tahun 1970-an sastra banding mulai berkembang dengan mengkaji karya-karya  Andre Malraung Wiliam Somerset Maughnam dan Franz Kafka. Pada awalnya sastra banding hanya membandingkan karya sastra untuk mencari kefavoritan dan keoriginalitasankarya, (Endraswara2011:13).
Menurut E.B. Taylor (dalam Abdul Syani 2002:48) kebudayaan sebagai kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai warga masyarakat. Definisi lain menurut Koetjaraningrat kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddi yang berarti “budi” atau “akal”. Demikian, kebudayaan itu dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”.  Kebudayaan memiliki tiga wujud:
1.      Gagsan atau ide, norma, nilai, aturan (apa yang dibenak manusia)
2.      Tindakan atau perilaku manusia
3.      Benda-benda kebudayaan
Dari berbagai definisi tentang kebudayaan tersebut maka dapat diperoleh pengertian kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem gagasan atau ide yang terdapat dalam pikiran manusia. Sedangkan perwujudan budaya itu sendiri diciptakan oleh manusia  sebagai mahkluk berbudaya berupa norma-norma, perilaku, bahasa, moral, peralatan hidup, benda-benda kebudayaan, religi dan segala sesuatu untyk membantu melangsungkan kehidupan yang bermasyarakat.
Dalam penelitian ini menggunakan sastra bandingan folkloristik yaitu sastra bandingan yang lebih terkait dengan kisah-kisah, dongeng dan sejumlah tradisi lisan. sastra lisan juga dapat diambil dari ritual dan tradisi lisan lain yang memiliki varian kesamaan. Bandingan juga menekankan bagaimana persebaran ceritanya. Studi bandingan cenderung menuju kearah migrasi atau kearah transmisi cerita dari waktu ke waktu dan dari wilayah ke wilayah..
Kehidupan bermasyarakat menciptakan suatu kebudayaan kolektif, yang kemudian tersebar dan diwariskan secara turun temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda baik secara lisan maupun disertai gerakan isyarat maupun alat bantu pengingat. Hal itu kemudian disebut juga sebagai flokor. Menurut Jan Harold Brunvard, dalam james Danandjaja seorang ahli flokor dari AS, flokor dibagi menjadi tiga jenis yaitu flokor lisan, sebagian lisan dan bukan lisan.
Flokor lisan adalah flokor yang memang bentuknya lisan. Flokor sebagian lisan adalah flokor yang merupakan campuran flokor lisan dan bukan lisan, sedangkan flokor bukan lisan adalah flokor yang bentuknya  bukan lisan walaupun cara pembuatanya diajarkan secara lisan.
Dongeng Cinderella merupakan dongeng biyasa. Salah satu contoh dongeng Indonesia yang mirip dengan dongeng Cinderella adalah dongeng Bawang Merah Bawang Putih. Menurut Danandjaja (1997) dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Dongeng biasanya banyak yang mempunyai kesamaan cerita maupun tema, tidak hanya di Indonesia namun juga diluar negeri. Persamaan cerita dalam dongeng Cinderella dengan bawang merah bawang putih yaitu mempunyai cerita kehidupan yang hampir sama. Kedua dongeng tersebut sama-sama menikah dengan pangeran dengan budaya yang berbeda.
B.     Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiosastra. Pendekatan sosiosastra merupakan seperangkat alat untuk memahami hubungan antara karya sastra dengan kehidupan sosial yang melingkupinya berdasarkan pandangan bahwa karya sastra itu diciptakan pengarang sebagai individu yang pasti berada dalam lingkungan masyarakat dan zaman tertentu, sehingga masuk akal apabila karya sastara mengungkapkan berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat sesuai dengan gagasan atau presepsi pengarang yang bersangkutan (Yuduiono K.S, 20019: 57).
Pada prinsipnya, sosiosastra merupakan sebuah pendekatan terhadap dunia sastra yang memanfaatkan sosiologi sebuah displin ilmu yang berkembang sejak abad ke-19.  Akan tetapi, sosiosastra muncul terlambat setelah berkembang pesat sosiologi agama, sosiologi politik, sosiologi pendidikan, sosiologi budaya, dan lain-lain.  Dalam kritik sastra yang menjadi pusat perhatianya adalah karya sastra maka pendekatannya harus tertuju pada karya sastra itu sendiri, sedangkan analisis terhadap pengarang dan pembaca hendaknya dipergunakan sebagai pendukung terhadap pemahaman karya sastra.
Dalam penelitian ini menggunkan metode dialektik. Inti metode dialektik ini adalah dalam analisis sastra peneliti harus melakukan kajian bolak balik antara teks sastra dengan realitas diluar karya sastra secra berulang-ulang untuk menemukan hubungan antara unsure-unsur dalam sastra dengan realitas diluar karya sastra. Prinsip dasar metode dialektik ini adalah bahwa gagasan atau unsur-unsur dalam karya sastra itu tidak terlepas dari realitas kehipuan sosial yang ada. Penelitian ini diawali dengan metode dialektik, pada dasarnya penelitian ini tidak terlepas dari kehidupan budaya sosial yang ada dalam dongeng  Cinderella dengan dongeng Bawang Merah Bawang Putih. Dengan menggunakan metode ini dapat menghubungkan antara kehidupan budaya sosial dalam dongeng dengan kehidupan yang ada dalam kedua Negara tersebut
C.    Pembahasan
Perbandingan budaya Negara Inggris dan Negara Indonesia
Budaya pernikahan yang ada di Indonesia dengan budaya pernikahan yang ada di Inggris sangat berbeda. Budaya pernikahan yang ada di Negara Inggris memiliki gaya pernikahan yang terkesan glamor dan memakai pesta dansa dengan pasanganya sedangkan budaya pernikahan yang ada di Indonesia memiliki budaya pernikahan yang sederhana dan masih ada perjodohan. Di Indonesia wanita dan laki-laki yang ingin hidup bersama harus melalui berbagai proses seperti proses lamaran dan pernikahan. Wanita dan laki-laki bercinta di depan umum atau wanita kawin  dan laki-laki hidup bersama tanpa kawin merupakan kebudayaan dari Inggris yang dipandang biasa-biasa saja. Sedangkan, di Indonesia budaya wanita dan laki-laki bercinta didepan umum dipandang tidak wajar karena tidak memiliki moral dan etika yang baik.
Budaya berpakaian di Negara Inggris sangat berbeda dengan budaya berpakaian di Negara Indonesia. Di Negara Inggris memakai pakaian yang terbuka merupakan hal yang wajar dan tidak memandang di rumah maupun di luar rumah. Hal itu dikarenakan budaya berpakaian seperti itu sudah ada sejak zaman dahulu. Berbeda dengan budaya berpakaian di Indonesia yang masih mengikuti mode dan berpakain yang sopan, walaupun ada yang berpakain terbuka tetapi mereka masih memperhitungkan apakah pakain tersebut pantas digunakan atau tidak.
Budaya transportasi antara Negara Inggris dengan Negara Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda. Di Negara Indonesia sendiri budaya transportasi yang sering digunkan oleh masyarakat berupa mobil pribadi dan kendaraan umum yang tidak ramah lingkungan.  Sedangkan di Negara Inggris lebih cenderung jalan kaki dan menggunakan sepeda yang ramah lingkungan dibandingkan dengan menggunakan mobil atau kendaraan umum.
Perbandingan Budaya dalam Dongeng Cinderella dan Dongeng Bawang Merah Bawang Putih
Budaya dongeng Cinderella dengan dongeng Bawang Merah Bawang Putih yaitu dongeng Cinderella yang ada di kerajaan memiliki budaya pesta dansa sebagaiamana diungkapkan dalam dongeng Cinderella halaman 12.
“Pesta dansa sudah dimulai ketika Cinderella masuk. Tanpa berfikir panjang, pangeran bergegas kesampingnya. Ia gadis tercantik yang dilihat pangeran. Sang pangeran menyodorkan tangan pada Cinderella dan jeduanya mulai berdansa. Sementara malam kian larut, pangeran tidak pernah beranjak dari sisi Cinderella. Tak lama kemudian, keduanya saling jatuh cinta.”(Cinderella:12)
Berbeda dengan Cinderella Dongeng Bawang Merah Bawang Putih tidak memakai pesta dansa hanya diboyong di istana oleh sang pangeran kemudian bawang putih dan sang pangeran menikah.
“Bawang putih karena engkau telah membuktikan sebagai pemilik sejati atas tanaman bunga emas itu, maka apapun yang terjadi aku akan tetap memboyongmu ke istana untuk kijadikan permaisuri”( Bawang Merah Bawang Putih hal 35)
Perbedaan Budaya Dongeng Cinderella dan Dongeng Bawang Merah Bawang Putih
Dahulu kala hidup seorang lelaki yang baik hati. Lelaki itu sangat kaya dan mempunyai putri cantik yang bernama Cinderella. Lelaki itu selalu menuruti apa yang diinginkan Cinderella. Tak lama kemudian Cinderella ditinggal pergi oleh ayanhnya karena ayahnya meninggal dunia. Kutipan yang menjelaskan ayahnya meninggal dunia sebagai berikut.
“Sayangnya, tak lama kemudian lelaki baik hati tersebut meninggal”(Cinderella:2)
Alkisah pada zaman dahulu disebuah desa di pulau jawa hiduplah sepasang suami isteri. Tak lama kemidian setelah sang istri melahirkan kemudian dia meninggal. Lelaki itu hidup sendirian dengan putri kecilnya yang bernama Bawang Putih. lelaki itu kemudian memutuskan untuk menikah dengan seorang janda tetapi kehidupan mereka sangat pas-pasan. Kemudian ayah Bawang Putih memutuskan untuk pergi merantau mencari pekerjaan
“Ketika hendak berangkat ia berpesan kepada sang istri agar tidak mensia-siakan Bawang Putih, kerena anak itu telah menganggapnya sebagai ibu kandung sendiri. Demikianlah ayah bawang putih meninggalkan kampung halaman dengan membawa bekal secukupnya”. (Bawang Merah Bawang Putih dan Naga Baru Klinting:8)
 Dalam dongeng Cinderella budaya transportasi yang digunakan berupa kereta kencana sedangkan budaya transportasi Bawang Merah Bawang Putih dengan jalan kaki.
“Ibu peri melambaiakan tangan, mengubah labu menjadi kereta berkilauan dan tikus-tikus menjadi kuda-kuda”.(Cinderella:10)
 Budaya berpakaian dalam dongeng Cinderella menggunakan pakaian yang modern seperti gaun, sedangkan dalam dongeng Bawang Merah Bawang Putih menggunakan pakaian yang lebih sederhana dibanding dengan Cinderella. Kutipan yang menjeaskan budaya berpakaian dalam dongeng Cinderella terletak pada halaman 6.
“Dikamar loteng, Cinderella menemukan sehelai gaun milik almarhum ibunya. Memang terlihat agak kuno tetapi cinderlla tahu ia dapat memperbaikinya. Kemudian Ibu Peri mengubah gaun tua Cinderella yang koyak menjadi gaun pesta indah, dan kaki mungilnya diberi sepatu kaca”.( Cinderella:6)
Persamaan Budaya Dongeng Cinderella dan Dongeng Bawang Merah Bawang Putih
Kehidupan Cinderella dan ayahnya terasa tidak lengkap karena tidak ada sososk seorang Ibu, sehari-hari mereka merasa kesepian sehingga ayah Cinderella memutuskan untuk menikah dengan seorang janda.
“Lelaki itu memberi putrinya dengan segala yang diberi dengan uang, namun ia merasa yang dibutuhkan putrinya adalah seorang ibu. Maka ia menikah dengan wanita yang sudah memiliki dua anak”. (Cinderella: 1)
Dalam dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih, lahirlah seorang anak kecil yang mungil yang bernama bawang putih dari sepasang suami istri. Ternyata istri tersebut meninggal dunia setelah melahirkan bawang putih. Ayah bawang putih merasa kesepian dan sulit untuk mengurus anaknya karena dia harus bekerja. Akhirnya ayah bawang putih menikah dengan seorang janda yang sudah memiliki anak yang lebih tua dari bawang Putih. Penjelasan tersebut terdapat pada halaman 6.
“Maka pada suatu hari ia memberanika diri untuk berkenan dan sekaligus melamar perempuan itu. Laksana pucuk dicita ulam tiba, sang janda menerima lamaran ayah Bawang Putih dan berjajni akan mengnggap anaknya sebagaimana anak kandungnya sendiri”.(Bawang Merah Bawang Putih dan Naga Baru Klinting :hal 6)
Sehari-hari kehidupan Cinderella selalu disibukan dengan melakukan pekerjaan rumah yang disuruh oleh ibu tiring dan anaknya. Kehidupan mewah yang dirasakan Cinderella dulu sekarang tidak dirasakan lagi karena Cinderella dianggap oleh ibu tirinya seperti pembantu. Semua pekerjaan rumah harus diselesaiakan oleh Cinderella. Jika pekerjaan itu tidak diselesaiakan ibu tirinya akan memarahi Cinderella.
“Cinderella ditinggalkan bersama ibu tirinya, perempuan yang tak berperasaan yang iri akan kecantikan Cinderella. Tahun-tahun berlalu ibu tiri Cinderella memanjakan kedua anaknya. Anastasia dengan grizela tidur dikamar besar yang indah dan diberi apaun yang mereka inginkan . Cinderella diberi kamar yang kecil sekali di loteng. Sang ibu tiri memaksanya mencuci dan menyetlika, menyiapkan makanan, dan membersihkan rumah”.( Cinderella:2)
Tidak berbeda dengan Cinderella yang di anggap ibu tirinya sebagai pembantu. Dongeng Bawang Merah Bawang Putih juga memiliki kesamaan cerita.  Dalam dongeng Bawang Putih, kehidupan Bawang Putih juga diperlakukan seperti pembantu. Walaupun Bawang Putih melalukan kesalahan yang tidak disengaja, ibu tiri Bawang Putih tetap akan memarahi habis-habisan.  Pekerjaan rumah harus diselesaiakan oleh Bawang Putih seperti mencuci pakaian sang ibu dan pakaian Bawang Merah, memasak didapur hingga mencari ranting pohon kering dihutan. Sementara sang ibu dan Bawang Merah mengerjakan yang ringan-ringan.
“Setiap pagi Bawang Putih disuruh mengisi tempayang sampai penuh dengan mengambil air yang cukup jauh. Kemudian, memasak makanan didapur. Sedangkan Bawang Merah dibiarkan mendengkur didalam kamar. Sore harinya gadis cantik itu harus menyapu rumah dan pekarangan hingga bersih dan sampahnya ditimbun disebuah tempat kemudian di bakar”. (Bawang Merah Bawang Putih dan Naga Baru Klinting)
Dalam dongeng Cinderella dari Inggris dan dongeng Bawang Merah Bawang Putih dari Indonesia memiliki persamaan yaitu sama-sama menikah dengan pangeran. Dalam dongeng Cinderella, Cinderella menikah dengan pangeran dengan pesta yang meriah. Kutipan yang menjelaskan Cinderella menikah dengan pangeran dapat dilihat pada halaman 19.
“Pernikahan kerajaan segera disiapkan dan pangeran menikahi Cinderella. Impian Cinderella akhirnya menjadi kenyataan. Ia dan pangeran hidup bahagia selamanya”. (Cinderella:19)
Sedangkan dongeng Bawang Merah Bawang Putih yang juga menikah dengan sang pangeran dengan tradisi yang lebih sederhana dari pada Cinderella.
“Bawang putih, karena engkau telah membuktikan sebagai pemilik sejati atas tanaman bunga emas itu maka apapun yang terjadi aku akan tetap memboyongmu keistana untuk kujadikan permaisuri”. ( Bawang Merah Bawang Putih dan Naga Baru Klinting :5)
D.    Simpulan
Berdasarkan hasil studi perbandingan antara dongeng Cinderella dari Inggris dan dongeng Bawang Merah Bawang Putih dari Indonesia dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya yang ada di Inggris memiliki budaya yang berbeda dengan budaya yang ada di Indonesia. Dari kedua dongeng tersebut memiliki kebudayaan yang berbeda-beda tetapi memiliki persamaan cerita yang hampir sama. Budaya yang ada dalam dongeng Cinderella adalah budaya dansa yang meriah sedangkan budaya dalam dongeng bawang merah bawang putih  yaitu budaya pernikahan yang sederhana. Persamaan cerita dalam dongeng tersebut penyiksaan terhadap anak tirinya.








DAFTAR PUSTAKA
Abdul Syani. 2002. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Almakruf, Ali Imron. 2014. “Metode Penelitian Ssastra dan Pembelajaranya”. Hand Out Mata Kuliah Metode Penelitian Sastra dan Pembelajaranya. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Danandjaja, James. 1997. Folklore Jepang. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS.
Koetjaraningrat. 1984. Kebudayaan Mentalis dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.
Syamsuri Maulana. Bawang Merah-Bawang Putih dan Naga Baru Klinting. Surabaya: Greisinda Pres.
Yudiono K.S. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.
Yudhi Kurniawan. 2014. “Perbedaan Budaya Di Jerman”. Http//www.perbedaan budaya di Jerman.html. Diakses pada 27 November 2014.

















Sinopsis Cinderella
Dahulu kala hidup seorang lelaki dan anaknya yang bernama Cinderella. Kehidupan mereka sangat berkecukupan, apapun yang diinginkan anaknya selalu dituruti ayahnya. Hanya satu hal yang kurang dalam kehidupan mereka yaitu sosok seorang ibu. Akhirnya ayah Cinderella memutuskan untuk menikah dengan janda yang mempunyai dua orang anak. Tidak lama kemudian ayah Cinderella meninggal dunia. Cinderella akhirnya hidup dengan ibu tiri dan kedua saudara tirinya. Saat itu kehidupan Cinderella mulai berubah. Cinderella tidak lagi menikmati kehidupan yang mewah saat bersama ayahnya. Kamar besar yang dulu ditempatinya sekarang hanya diberi kamar kecil diloteng. Setiap hari Cinderella harus bangun pagi untuk membersihkan rumah, memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah lainya. Sementara ibu dan kedua saudara tirinya hanya bersantai.
Suatu hari terdengar raja mengadakan pesta dansa dan pangeran sedang menacri seorang istri. Mendengar berita tersebut Cinderella ingin mengikuti pesta dansa, tetapi dilarang oleh ibu tirinya. Diam-diam Cinderella menyiapkan gaun tetapi diketahui oleh saudara tirinya. Gaun tersebut dirusak oleh saudara tirinya sehingga Cinderella tidak tau harus menacari gaun itu kemana. Cinderella hanya bisa menangis dan lari ketaman dan bertemu ibu peri. Cinderella menceritakan keluh kesahnya kepada ibu peri. Ibu peri mengubah labu menjadi kereta serta tikus-tikus menjadi kuda. Tidak lupa baju Cinderella diubah menjadi gaun yang cantik dan kakinya dihiasi dengan sepatu kaca.
Semua yang didapatkan Cinderella ada syaratnya yaitu, sebelum pukul 00.00 Cinderella harus meninggalkan pesta itu karena mantra ibu peri akan hilang. Saat meninggalkan pesta dansa, sepatu kaca Cinderella lepas satu dan ditemukan oleh pangeran. Sang pangeran berjajnji akan menikahi wanita yang memiliki sepatu kaca tersebut. Sayembara dilaksanakan di setiap rumah gadis-gadis yang berada disekitar istana.  Setiap gadis diminta untuk mencoba sepatu kaca dan tidak ada yang pas. Tiba saatnya sang pangeran mengunjungi rumah Cinderella. Cinderella akhirnya mencoba sepatu kaca tersebut dan memberitahu pangeran bahwa cinderellalah yang memiliki seapatu kaca. Akhirnya Cinderella dan pangeran menikah dan hidup bahagia.





Sinopsis Bawang Merah Bawang Putih
Di pulau jawa hiduplah sepasang suami istri. Rumah tangga mereka meskipun sangat sederhana karena hanya sebagai buruh tani yang berpenghasilan pas-pasan, namun tampak bahagia. Keduanya saling menyadari dan bersabar dalam menjalani kehidupan yang serba sulit. Tak lama setelah melahirkan anaknya sang istri meninggal karena kehabisan darah. Ayah Bawang Putih kemudian membesarkan sendiri. Terlintas dalam benaknya bahwa anaknya memerlukan seorang Ibu asuh. Ayah Bawang Putih melihat sang janda yang berada di desa tetangga. Ia memandang si janda sebagai tumpuan  harapan untuk merawat anaknya dan akhirnya ayah bawang putih menikah dengan janda tersebut. Melihat kehidupan yang pas-pasan ayah bawang putih memutuskan untuk pergi merantau menacari pekerjaan.
Bawang putih ditinggal bersama ibu tiri serta kakak tirinya. Kehidupan bawang putih berubah selama tinggal dengan ibu tirinya.setiap pagi bawang putih disuruh mengisis tempayang sampai penuh dengan mengambil air dari sumber yang jaraknya cukup jauh, selain itu dia juga harus memasak dan mencarai rantai pohon kering dihutan. Selain itu bawang putih harus mencuci pakain disungai, ketika mencuci pakaian disungai bawang putih mendengar suara dan trnyata suara itu adalah ikan emas. Ikan emas itu yang membantu pekerjaan bawang putih termasuk mencuci pakaian. Ibu tiri bawang putih yang curiga dengan bawang putih akhirnya menyuruh bawang merah untuk menyelidiki siapa yang membantu bawang putih. Akhirnya bawang merah mengetahui jika yang membantu bawang putih adalah seekor ikan emas. Kemudian ikan emas itu ditangkap bawang merah dan dibawa pulang untuk dilihatkan oleh sang ibu.  Dengan perasaan sedih bawang putih mengangkat tubuh ikan itu untuk disembelih. Ikan emas itu berbisik kepada bawang putih, kuburkanlah tulang-tulangku disebelah rumah. Setelah daging itu disantap ibu tiri dan bawang merah kemudian tulang itu dikuburkan disebelah rumah. Esok harinya tanah tempat tulang ikan emas itu tumbuh tanaman emas yang tumbuh subur dan berbunga.
Suatu hari ada seorang pangeran dan dua pengawalnya yang melihat timbulnya cahaya keemasan. Pangeran tersebut menuju ketanaman tersebut dan ingin membawanya keistana. Mendengar perbincangan tersebut ibu bawang merah keluar dan mengaku bahwa tanaman tersebut miliknya. Pangeran dan pengawalnya berusaha mencabut tanaman tersebut dengan sekuat tenaga tetapi tanaman tersebut tidak bisa untuk dicabut. Keluarlah bawang putih dan berkata tidak ada yang bisa mencabut tanaman itu selain pemiliknya yang sejati. Kemudian bawang putih menghampiri tanaman emas itu dan mencabutnya dengan mudah. Pangeran dan dua pengawanlnya merasa kagum dengan bwang putih, karena bawang putih telah membuktikan sebagai pemilik sejati tanaman emas itu. Maka, pangeran akan memboyongnya ke istana untuk dijadikan permaisuri

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking