Vrydag 21 Junie 2013

Autobiografi


LIKA-LIKU KISAHKU
Melati Putri Utami
A310120031

Kelahiran dari keluarga penyanyang
Nama saya Melati Putri Utami, biasa dipanggil dengan sebutan Mela. Dilahirkan di Sragen tanggal 22 Juni 1994 oleh orang tua bernama Ibu Sujinah dan Ayah Tamsir. Saya anak ke tiga dari tiga bersaudara. Nama kakak saya yang pertama adalah Muhammad Ervan Evendi, lahir di Sragen tanggal 14 Juli 1987 dan sekarang sudah dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Muhammad Mirza Rakila. Kakak saya yang ke dua bernama Vian Prasetya Utomo, lahir di Sragen tanggal 1 Desember 1989 saat ini dia melanjutkan kuliah S2 di UNS jurusan Teknik Sipil. Kami adalah keluarga kecil yang tinggal  disebuah desa yang beralamat di desa Girimargo, Girimargo, Miri, Sragen. Ayah saya merupakan sosok yang sangat mencintai keluarganya. Beliau adalah sosok idola saya. Oleh karena itu,  ayah  selalu menunjukan keteguhan hidup dan kasih sayang yang berlimpah tiada tara kepada saya dan kakak.  Ayah selalu mengajarkan sopan santun terhadap semua orang, agar kelak nanti kita akan dihargai. Saya kelak ingin mencari suami seperti ayah, karena sifat ayah sangat penyabar dan penyanyang kepada keluarga. Ayah jarang marah dengan saya maupun ibu. Walaupun ayah hanya tamat lulusan SMP, tetapi dia mempunyai cita-cita yang luar biasa. Beliau mempunyai satu cita-cita yang sederhana yaitu cita-cita yang tidak ingin hidupnya tergantung pada orang lain dan akhirnya cita-cita ayah terwujud berkat kerja keras sewaktu muda. Ibu saya yang bernama Sujinah tidak kalah penting bagi kehidupan saya. Beliau juga sosok idaman saya. Ibu saya sangat terampil dalam mendidik ke tiga anaknya dan membesarkan anaknya menjadi pribadi yang mandiri. Beliau selalu mengajarkan arti kehidupan yang sederhana kepada saya supaya tidak hidup dalam kehidupan yang mewah dan berujung pada kesombongan semata. Pekerjaan ibu saya adalah seorang guru, maka dari itu saya ingin bercita-cita seperti beliau.
Menempuh pendidikan dari nol
Saya mulai menempuh pendidikan pertama di TK Aisyah Jantran tepatnya disamping rumah bude.  Sewaktu TK saya sangat senang karena mempunyai banyak teman yang sangat lucu dan baik. Mungkin saya bisa dikatakan bandel di TK karena sewaktu TK  ada teman saya yang saya jahili mukanya dengan mencoret-coret mengunakan spidol. Pada saat pulang sekolah saya tidak langsung pulang karena ibu saya pulang mengajar siang hari. Akhirnya saya dititipakan di rumah bude. Lulus dari TK tahun 2000 lalu saya melanjutkan di bangku Sekolah Dasar (SD) di SDN Girimargo 3. Sehari - hari guru dan orang tua saya selalu mengajarkan dan mendidik saya mulai dari membaca, menulis dan menghitung. Sehingga saya dapat mengikuti pelajaran dengan  mudah berkat guru dan orang tua. Dalam mata pelajaran matematika saya sangat lemah dalam menguasai mata pelajaran tersebut. Prestasi yang saya capai ketika SD, saya selalu mendapatkan rangking 7 besar.
Setelah lulus dari SD tahun 2006, saya melanjutkan sekolah menengah pertama tepatnya di SMP N 1 Miri. Sebenarnya saya ingin memasuki sekolah favorit di Gemolong yaitu di sekolah SMP N 1 Gemolong. Nasib berkata lain karena saya tidak diterima di sekolah tersebut dan akhirnya sekolah di SMP N 1 Miri. Di sekolah ini, saya mendapat berbagai pengalaman seperti mengikuti masa-masa orientasi siswa, kegiatan wajib ekstrakulikuler dan teman baru samapi sahabat terbaik. Pada saat kelas 1 SMP, saya tertarik dengan berbagai ekstrakulikuler. Saya mengikuti ekstrakulikuler pramuka dan Palang Merah Remaja (PMR). Alamdulillah di SMP saya bisa mengikuti pelajaran dengan lancar dan prestasi saya cukup bagus sehingga mendapat juara tiga besar dari keas 1-3. Berkat kegigihan dan semangat belajar saya dalam menghadapi Ujian Nasional (UN), akhirnya hasil Ujian Nasional (UN) mendapat nilai rata-rata 8,5. Tidak  terasa 3 tahun berada di bangku SMP dan dinyatakan lulus dengan hasil yang memuaskan pada tahun 2009.
Masa putih abu-abu
Saya melanjutkan sekolah di SMA favorit yaitu di SMA N 1 Gemolong. Banyak teman saya yang tidak diterima di SMA N 1 Gemolong karena nilai UN kurang memenuhi persyaratan. Nilai terendah yang diambil di SMA N 1 Gemolong pada tahun saya yaitu nilai  rata-rata 33,25 dan kebetulan nilai rata-rata saya 33,85. Pada Masa Orientasi Siswa (MOS) saya disuruh untuk membawa berbagai pelengkapan yang unik, seperti topi dari keranjag, tas dari karung dan makanan seperti nasi jagung. Banyak pengalaman yang menarik dan mudah diingat. Misalnya, sewaktu MOS ada acara menyanyi dengan mengerakan badannya dan acara mengungkapkan kata-kata romantis kepada lawan jenisnya. Disinilah saya mendapat banyak teman dari berbagai daerah terutama di wilayah Sragen. Banyak kenangan indah yang terjadi pada saat itu. Apalagi ketika saya ditunjuk oleh sekolah menjadi anggota pasukan pengibar bendera. Susah payah saya ikuti latihan itu dan ternyata dari beberapa siswi yang ditunjuk masih diseleksi lagi oleh anggota TNI. Hal itu membuat saya sempat patah semangat. Namun hal yang tidak terduga datang, saya terpilih menjadi pasukan inti. Alhamdulillah kami sukses melakukan pengibaran dan penurunan bendera tanpa ada kesalahan satu pun. Selain itu kami juga mendapat penghargaan berupa piagam dari pemerintah daerah.
Butuh adaptasi yang cukup lama dari masa SMP menuju masa SMA. SMA N 1 Gemolong memang terkenal dengan prestasinya yang banyak, maka dari itu sekolah tetap mempertahankan cara penyampaian materi kepada siswanya. Banyak perbedaan dari masa SMP ke masa SMA. Guru di SMA ketika ulangan harian begitu ketat dalam mengawasi muridnya, apalagi soal tersebut dibuat menjadi lima kode. Sehingga siswa diajarkan untuk belajar mandiri. Menginjak kelas 1 semster 2, saya disuruh untuk memilih jurusan antara IPA dan IPS. Akhirnya saya memilih jurusan IPA, karena saya lebih cenderung menyukai hitungan dari pada hafalan. Kalau saya mengambil jurusan IPS pasti lebih cenderung ke hafalan, maka dari itu saya memilih jurusan IPA. Orang tua dan kakak saya juga menyarankan agar saya memilih jurusan IPA. Pada saat pengambilan raport, alhamdulillah saya dinyatakan masuk ke jurusan IPA. Betapa bahagia hati saya terutama orang tua dan kakak. Mereka sangat menginginkan jika saya bisa mengambil jurusan IPA. Setelah masuk di kelas IPA, teman saya menjadi bertamabah lagi. Di kelas IPA teman-teman saya sangat pandai, mereka rata-rata memperoleh peringkat 10 besar, sedangkan saya jauh dibandingkan mereka. Saat pelajaran kimia dan fisika saya sangat kesulitan. Disini saya sering sekali ketika ulangan remidi. Disamping itu saya terus berlatih dan berusaha supaya tidak tertinggal oleh teman-teman saya.
Tidak terasa ujian sekolah dan Ujian Nasional (UN) harus saya hadapi. Saya harus berjuang untuk menghadapi ujian tersebut dengan bekal dari bimbingan belajar diluar sekolah. Alhamdulillah berkat kerja keras dan semangat juang yang tinggi saya mampu melewati ujian dengan lancar dan dengan hasil yang cukup memuaskan. Sabtu 26 mei 2012 adalah hari yang begitu indah, pada hari itu adalah hari perpisahan dan pengumuman hasil Ujian Nasional (UN ) bagi anak-anak kelas 3. Tidak terasa 3 tahun saya duduk di bangku SMA, perasaan Suka, duka dan candatawa mengiringi perpisahan saya dan teman-teman. Setelah saya lulus dari SMA perasaan dilema berhinggap dihati saya. Tibalah saatnya dimana saya harus memantapkan diri untuk berjuang menuju jenjang pendidikan tinggi. Saya harus memantapkan diri untuk memilih jurusan dan memperjuangkannya. Setelah berdiskusi dengan orang tua, beberapa teman, dan beberapa alumni, saya memantapkan diri untuk memprioritaskan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), karena saya ingin menjadi seorang guru atau dosen.

Pengalamanku dalam bisnis
Selama menjadi pelajar di SMA, saya diajak oleh adik kakak ipar saya yang bernama Devita untuk berjualan jilbab.  Dia pada saat itu berjualan jilbab dan pakaian dengan cara online. Omset yang didapatkan oleh kak Devita saat itu cukup banyak. Kak Devita membeli beberapa jilbab di Pusat Grosir Solo (PGS) dengan satuan harga Rp27.000,00 tiap satu jilbab. Kak Devita menjual dengan online dengan harga Rp45.000,00-Rp55.000,00 per satuan. Disinilah saya tertarik dengan ajakan kak devita untuk bisnis jilbab.  Berbeda dengan kak Devita, saya menjual jilbab dengan cara order ke teman-teman dan saudara. Jilbab yang saya beli untuk satu buah jilbab dengan harga Rp27.000,00 dan saya jual ke teman-teman dengan harga Rp37.000,00 saya hanya mengambil sedikit keuntungan karena saat itu masih berlatih dalam menjual jilbab. Ayah saya memberi modal sebesar Rp1.000.000,00 tetapi saya tidak bisa meneruskan dagangan saya karena ada sedikit kendala.
Cita-cita dan harapan hidup ke depan
Hobi saya membaca, walupun saya tidak gemar untuk menulis tetapi saya suka membaca hasil karya-karya orang lain terutama cerpen atau novel. Untuk kebiasaan saya yang lain yaitu makan-makanan cemilan, karena rasanya begitu nikmat dan kalau sudah  dimakan pasti ketagihan. Walaupun saya suka makanan cemilan, badan saya tetap kurus dan tidak bisa gemuk.  Ini semua tetap saya syukuri karena Allah telah menciptakan saya dengan fisik yang lengkap.
Waktu terus berjalan, disaat itu juga saya merasa tidak memiliki keistimewaan sedikitpun. Saya hanya memiliki kemampuan biasa seperti halnya orang-orang lainnya. Tetapi saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Ibu saya selalu memberi nasihat diantaranya, ketika saya menyampaikan ucapan selamat Hari Ibu kepadanya, beliau berkata, ”Anakku yang manis, Ibu dan Ayah berharap kamu menjadi anak yang solehah, berbakti kepada orang tua, agama dan berguna bagi orang-orang disekitarmu. Semoga ilmu yang kamu peroleh bermanfaat dan semoga Allah memberkahi dan meridhoi setiap langkahmu. Amin”.
Setiap manusia memiliki mimpi, harapan dan cita-cita, baik itu tercapai atau tidak. Hal itu pastinya saya alami saat ini. Dengan segala perjuangan keras dan doa serta dukungan dari orang tua dan keluarga besar, saya ingin menjadi kebanggaan bagi mereka semua yang menyayangi saya. Sejak saya kecil saya mempunyai cita-cita ingin menjadi seorang guru dan  kalau bisa saya ingin menjadi seorang dosen. Bagi saya, mengajar merupakan profesi yang sangat berharga. Sangat sulit menjadi seorang pengajar tanpa disertai kemampuan yang memadai, mental yang kuat, dan pengalaman yang cukup. Selain itu, saya juga tetap bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik dan dapat membagi waktu untuk keluargaku kelak.
Secuil cerita keluargaku
Keluarga saya adalah keluarga yang cukup harmonis. Walaupun sering dirundung berbagai masalah namun bisa diselesaikan dengan cara bersama. Banyak masalah yang timbul di keluarga  penyebabnya adalah saya. Misalnya, dulu waktu SMP saya sering jalan dengan pacar saya. Orang tua saya saat itu memang belum memperbolehkan saya untuk pacaran. Banyak guru dan teman kakak saya yang lapor kepada keluarga saya terutama pada kakak saya. Kedua kakak saya sangat perhatian dan penyayang kepada saya. Mereka tidak mengiginkan jika saya menjadi wanita yang tidak benar. Kedua kakak saya ini juga tidak memperbolehkan saya pacaran dengan alasan karena mereka tidak ingin adiknya disakiti oleh laki-laki. Pada saat itu saya bingung kenapa banyak orang mengurusi pribadiku dan suka sekali lapor pada ayah kalau saya terlibat masalah-masalah seperti itu. Dengan karakter ibu yang begitu sabar tidak henti-hentinya ibu saya memberi masukan, arahan serta motivasi kepada saya.  Seiring proses pendewasaan diri, saya sedikit demi sedikit berubah dari anak yang bandel menjadi anak yang baik. Hal itu tidak lepas dari perhatian seorang ibu dan ayah. Saya mulai berfikir kenapa ayah selalu over protect terhadap saya, karena dia tidak mau anaknya mempunyai masa depan yang suram, dia ingin anaknya kelak bisa sukses dan tidak bergantung pada orang tua. Ternyata penilaian saya selama ini salah, bukan karena orang tua tidak mau menuruti kehendak anak, namun agar anak bisa hidup dengan mapan. Lama-kelamaan saya bisa memahami apa itu artinya hidup serta tujuan orang tua dalam mendidik saya dan kakak. Sikap untuk mempunyai rasa prihatin dan  jiwa sosial yang tinggi  tidak henti-hentinya mereka ajarkan pada kami bertiga. Kita sadari hidup ditengah masyarakat pedesaan harus memiliki jiwa sosial yang tinggi. Maka dari itu setiap ada kegiatan seperti kerja bakti dan syukuran keluarga, kami sangat antusias mengikutinya. Warga dimasyarakat saya sangat ramah dan sopan terhadap sesama, mereka sangat menghargai satu sama lain. Walaupun kami sekeluarga mempunyai perbedaan karakter namun perbedaan itu tidak membuat keluarga kami tidak harmonis, justru dari perbedaan itu kami semua saling melengkapi. Menurut saya perbedaan karakter, pendapat maupun pemikiran itu hal yang sungguh sangat wajar dan semua itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Alhamdulillah saya dikaruniai sebuah keluarga kecil yang tentram, bahagia, dan sejahtera.






Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking