LIKA-LIKU KISAHKU
Melati
Putri Utami
A310120031
Kelahiran dari keluarga penyanyang
Nama
saya Melati Putri Utami, biasa dipanggil dengan sebutan Mela. Dilahirkan di
Sragen tanggal 22 Juni 1994 oleh orang tua bernama Ibu Sujinah dan Ayah Tamsir.
Saya anak ke tiga dari tiga bersaudara. Nama kakak saya yang pertama adalah
Muhammad Ervan Evendi, lahir di Sragen tanggal 14 Juli 1987 dan sekarang sudah
dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Muhammad Mirza Rakila. Kakak saya
yang ke dua bernama Vian Prasetya Utomo, lahir di Sragen tanggal 1 Desember
1989 saat ini dia melanjutkan kuliah S2 di UNS jurusan Teknik Sipil. Kami
adalah keluarga kecil yang tinggal
disebuah desa yang beralamat di desa Girimargo, Girimargo, Miri, Sragen.
Ayah saya merupakan sosok yang sangat mencintai keluarganya. Beliau adalah
sosok idola saya. Oleh karena itu, ayah selalu menunjukan keteguhan hidup dan kasih
sayang yang berlimpah tiada tara kepada saya dan kakak. Ayah selalu mengajarkan sopan santun terhadap
semua orang, agar kelak nanti kita akan dihargai. Saya kelak ingin mencari
suami seperti ayah, karena sifat ayah sangat penyabar dan penyanyang kepada
keluarga. Ayah jarang marah dengan saya maupun ibu. Walaupun ayah hanya tamat lulusan SMP, tetapi dia
mempunyai cita-cita yang luar biasa. Beliau mempunyai satu cita-cita yang
sederhana yaitu cita-cita yang tidak ingin hidupnya tergantung pada orang lain
dan akhirnya cita-cita ayah terwujud berkat kerja keras sewaktu muda. Ibu saya
yang bernama Sujinah tidak kalah penting bagi kehidupan saya. Beliau juga sosok
idaman saya. Ibu saya sangat terampil dalam mendidik ke tiga anaknya dan
membesarkan anaknya menjadi pribadi yang mandiri. Beliau selalu mengajarkan
arti kehidupan yang sederhana kepada saya supaya tidak hidup dalam kehidupan
yang mewah dan berujung pada kesombongan semata. Pekerjaan ibu saya adalah
seorang guru, maka dari itu saya ingin bercita-cita seperti beliau.
Menempuh pendidikan dari nol
Saya
mulai menempuh pendidikan pertama di TK Aisyah Jantran tepatnya disamping rumah
bude. Sewaktu TK saya sangat senang karena
mempunyai banyak teman yang sangat lucu dan baik. Mungkin saya bisa dikatakan
bandel di TK karena sewaktu TK ada teman
saya yang saya jahili mukanya dengan mencoret-coret mengunakan spidol. Pada
saat pulang sekolah saya tidak langsung pulang karena ibu saya pulang mengajar
siang hari. Akhirnya saya dititipakan di rumah bude. Lulus dari TK tahun 2000
lalu saya melanjutkan di bangku Sekolah Dasar (SD) di SDN Girimargo 3. Sehari -
hari guru dan orang tua saya selalu mengajarkan dan mendidik saya mulai dari
membaca, menulis dan menghitung. Sehingga saya dapat mengikuti pelajaran
dengan mudah berkat guru dan orang tua.
Dalam mata pelajaran matematika saya sangat lemah dalam menguasai mata
pelajaran tersebut. Prestasi yang saya capai ketika SD, saya selalu mendapatkan
rangking 7 besar.
Setelah
lulus dari SD tahun 2006, saya melanjutkan sekolah menengah pertama tepatnya di
SMP N 1 Miri. Sebenarnya saya ingin memasuki sekolah favorit di Gemolong yaitu
di sekolah SMP N 1 Gemolong. Nasib berkata lain karena saya tidak diterima di
sekolah tersebut dan akhirnya sekolah di SMP N 1 Miri. Di sekolah ini, saya
mendapat berbagai pengalaman seperti mengikuti masa-masa orientasi siswa,
kegiatan wajib ekstrakulikuler dan teman baru samapi sahabat terbaik. Pada saat
kelas 1 SMP, saya tertarik dengan berbagai ekstrakulikuler. Saya mengikuti
ekstrakulikuler pramuka dan Palang Merah Remaja (PMR). Alamdulillah di SMP saya
bisa mengikuti pelajaran dengan lancar dan
prestasi saya cukup bagus sehingga mendapat juara tiga besar dari keas 1-3.
Berkat kegigihan dan semangat belajar saya dalam menghadapi Ujian Nasional (UN),
akhirnya hasil Ujian Nasional (UN) mendapat nilai rata-rata 8,5. Tidak terasa 3 tahun berada di bangku SMP dan
dinyatakan lulus dengan hasil yang memuaskan pada tahun 2009.
Masa putih abu-abu
Saya
melanjutkan sekolah di SMA favorit yaitu di SMA N 1 Gemolong. Banyak teman saya
yang tidak diterima di SMA N 1 Gemolong karena nilai UN kurang memenuhi
persyaratan. Nilai terendah yang diambil di SMA N 1 Gemolong pada tahun saya
yaitu nilai rata-rata 33,25 dan
kebetulan nilai rata-rata saya 33,85. Pada Masa Orientasi Siswa (MOS) saya
disuruh untuk membawa berbagai pelengkapan yang unik, seperti topi dari
keranjag, tas dari karung dan makanan seperti nasi jagung. Banyak pengalaman
yang menarik dan mudah diingat. Misalnya, sewaktu MOS ada acara menyanyi dengan
mengerakan badannya dan acara mengungkapkan kata-kata romantis kepada lawan
jenisnya. Disinilah saya mendapat banyak teman dari berbagai daerah terutama di
wilayah Sragen. Banyak kenangan indah yang terjadi pada saat itu. Apalagi
ketika saya ditunjuk oleh sekolah menjadi anggota pasukan pengibar bendera.
Susah payah saya ikuti latihan itu dan ternyata dari beberapa siswi yang
ditunjuk masih diseleksi lagi oleh anggota TNI. Hal itu membuat saya sempat
patah semangat. Namun hal yang tidak terduga datang, saya terpilih menjadi
pasukan inti. Alhamdulillah kami sukses melakukan pengibaran dan penurunan
bendera tanpa ada kesalahan satu pun. Selain itu kami juga mendapat penghargaan
berupa piagam dari pemerintah daerah.
Butuh
adaptasi yang cukup lama dari masa SMP menuju masa SMA. SMA N 1 Gemolong memang
terkenal dengan prestasinya yang banyak, maka dari itu sekolah tetap
mempertahankan cara penyampaian materi kepada siswanya. Banyak perbedaan dari
masa SMP ke masa SMA. Guru di SMA ketika ulangan harian begitu ketat dalam mengawasi muridnya,
apalagi soal tersebut dibuat menjadi lima kode. Sehingga siswa diajarkan untuk
belajar mandiri. Menginjak kelas 1 semster 2, saya disuruh untuk memilih
jurusan antara IPA dan IPS. Akhirnya saya memilih jurusan IPA, karena saya lebih
cenderung menyukai hitungan dari pada hafalan. Kalau saya mengambil jurusan IPS
pasti lebih cenderung ke hafalan, maka dari itu saya memilih jurusan IPA. Orang
tua dan kakak saya juga menyarankan agar saya memilih jurusan IPA. Pada saat
pengambilan raport, alhamdulillah saya dinyatakan masuk ke jurusan IPA. Betapa
bahagia hati saya terutama orang tua dan kakak. Mereka sangat menginginkan jika
saya bisa mengambil jurusan IPA. Setelah masuk di kelas IPA, teman saya menjadi
bertamabah lagi. Di kelas IPA teman-teman saya sangat pandai, mereka rata-rata
memperoleh peringkat 10 besar, sedangkan saya jauh dibandingkan mereka. Saat
pelajaran kimia dan fisika saya sangat kesulitan. Disini saya sering sekali
ketika ulangan remidi. Disamping itu saya terus berlatih dan berusaha supaya
tidak tertinggal oleh teman-teman saya.
Tidak
terasa ujian sekolah dan Ujian Nasional (UN) harus saya hadapi. Saya harus
berjuang untuk menghadapi ujian tersebut dengan bekal dari bimbingan belajar diluar
sekolah. Alhamdulillah berkat kerja keras dan semangat juang yang tinggi saya
mampu melewati ujian dengan lancar dan dengan hasil yang cukup memuaskan. Sabtu
26 mei 2012 adalah hari yang begitu indah, pada hari itu adalah hari perpisahan
dan pengumuman hasil Ujian Nasional (UN ) bagi anak-anak kelas 3. Tidak terasa
3 tahun saya duduk di bangku SMA, perasaan Suka, duka dan candatawa mengiringi perpisahan
saya dan teman-teman. Setelah saya lulus dari SMA perasaan dilema berhinggap
dihati saya. Tibalah
saatnya dimana saya harus memantapkan diri untuk berjuang menuju jenjang
pendidikan tinggi. Saya harus memantapkan diri untuk memilih jurusan dan
memperjuangkannya. Setelah berdiskusi dengan orang tua, beberapa teman, dan
beberapa alumni, saya memantapkan diri untuk memprioritaskan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan (FKIP), karena saya ingin menjadi seorang guru atau dosen.
Pengalamanku dalam bisnis
Selama
menjadi pelajar di SMA, saya diajak oleh adik kakak ipar saya yang bernama
Devita untuk berjualan jilbab. Dia pada
saat itu berjualan jilbab dan pakaian dengan cara online. Omset yang didapatkan
oleh kak Devita saat itu cukup banyak. Kak Devita membeli beberapa jilbab di
Pusat Grosir Solo (PGS) dengan satuan harga Rp27.000,00 tiap satu jilbab. Kak
Devita menjual dengan online dengan harga Rp45.000,00-Rp55.000,00 per satuan.
Disinilah saya tertarik dengan ajakan kak devita untuk bisnis jilbab. Berbeda dengan kak Devita, saya menjual
jilbab dengan cara order ke teman-teman dan saudara. Jilbab yang saya beli untuk
satu buah jilbab dengan harga Rp27.000,00 dan saya jual ke teman-teman dengan
harga Rp37.000,00 saya hanya mengambil sedikit keuntungan karena saat itu masih
berlatih dalam menjual jilbab. Ayah saya memberi modal sebesar Rp1.000.000,00 tetapi
saya tidak bisa meneruskan dagangan saya karena ada sedikit kendala.
Cita-cita dan harapan hidup ke depan
Hobi
saya membaca, walupun saya tidak gemar untuk menulis tetapi saya suka membaca
hasil karya-karya orang lain terutama cerpen atau novel. Untuk kebiasaan saya
yang lain yaitu makan-makanan cemilan, karena rasanya begitu nikmat dan kalau sudah
dimakan pasti ketagihan. Walaupun saya
suka makanan cemilan, badan saya tetap kurus dan tidak bisa gemuk. Ini semua tetap saya syukuri karena Allah
telah menciptakan saya dengan fisik yang lengkap.
Waktu terus berjalan, disaat itu juga saya merasa tidak memiliki
keistimewaan sedikitpun. Saya hanya memiliki kemampuan biasa seperti halnya
orang-orang lainnya. Tetapi saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik.
Ibu saya selalu memberi nasihat diantaranya, ketika saya menyampaikan ucapan
selamat Hari Ibu kepadanya, beliau berkata, ”Anakku yang manis, Ibu dan Ayah
berharap kamu menjadi anak yang solehah, berbakti kepada orang tua, agama dan berguna
bagi orang-orang disekitarmu. Semoga ilmu yang kamu peroleh bermanfaat dan
semoga Allah memberkahi dan meridhoi setiap langkahmu. Amin”.
Setiap
manusia memiliki mimpi, harapan dan cita-cita, baik itu tercapai atau tidak.
Hal itu pastinya saya alami saat ini. Dengan segala perjuangan keras dan doa
serta dukungan dari orang tua dan keluarga besar, saya ingin menjadi kebanggaan
bagi mereka semua yang menyayangi saya. Sejak saya kecil saya mempunyai
cita-cita ingin menjadi seorang guru dan
kalau bisa saya ingin menjadi seorang dosen. Bagi saya, mengajar
merupakan profesi yang sangat berharga. Sangat sulit menjadi seorang pengajar
tanpa disertai kemampuan yang memadai, mental yang kuat, dan pengalaman yang
cukup. Selain itu, saya juga tetap bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik dan
dapat membagi waktu untuk keluargaku kelak.
Secuil cerita keluargaku
Keluarga saya adalah keluarga yang cukup
harmonis. Walaupun sering dirundung berbagai masalah namun bisa diselesaikan
dengan cara bersama. Banyak masalah yang timbul di keluarga penyebabnya adalah saya. Misalnya, dulu waktu
SMP saya sering jalan dengan pacar saya. Orang tua saya saat itu memang belum
memperbolehkan saya untuk pacaran. Banyak guru dan teman kakak saya yang lapor
kepada keluarga saya terutama pada kakak saya. Kedua kakak saya sangat
perhatian dan penyayang kepada saya. Mereka tidak mengiginkan jika saya menjadi
wanita yang tidak benar. Kedua kakak saya ini juga tidak memperbolehkan saya
pacaran dengan alasan karena mereka tidak ingin adiknya disakiti oleh
laki-laki. Pada saat itu saya bingung kenapa banyak orang mengurusi pribadiku
dan suka sekali lapor pada ayah kalau saya terlibat masalah-masalah seperti
itu. Dengan karakter ibu yang begitu sabar tidak henti-hentinya ibu saya
memberi masukan, arahan serta motivasi kepada saya. Seiring proses pendewasaan diri, saya sedikit
demi sedikit berubah dari anak yang bandel menjadi anak yang baik. Hal itu
tidak lepas dari perhatian seorang ibu dan ayah. Saya mulai berfikir kenapa
ayah selalu over protect terhadap saya, karena dia tidak mau anaknya mempunyai
masa depan yang suram, dia ingin anaknya kelak bisa sukses dan tidak bergantung
pada orang tua. Ternyata penilaian saya selama ini salah, bukan karena orang
tua tidak mau menuruti kehendak anak, namun agar anak bisa hidup dengan mapan.
Lama-kelamaan saya bisa memahami apa itu artinya hidup serta tujuan orang tua
dalam mendidik saya dan kakak. Sikap untuk mempunyai rasa prihatin dan jiwa sosial yang tinggi tidak henti-hentinya mereka ajarkan pada kami
bertiga. Kita sadari hidup ditengah masyarakat pedesaan harus memiliki jiwa
sosial yang tinggi. Maka dari itu setiap ada kegiatan seperti kerja bakti dan
syukuran keluarga, kami sangat antusias mengikutinya. Warga dimasyarakat saya
sangat ramah dan sopan terhadap sesama, mereka sangat menghargai satu sama
lain. Walaupun kami sekeluarga mempunyai perbedaan karakter namun perbedaan itu
tidak membuat keluarga kami tidak harmonis, justru dari perbedaan itu kami
semua saling melengkapi. Menurut saya perbedaan karakter, pendapat maupun
pemikiran itu hal yang sungguh sangat wajar dan semua itu tergantung bagaimana
kita menyikapinya. Alhamdulillah saya dikaruniai sebuah keluarga kecil yang
tentram, bahagia, dan sejahtera.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking