Woensdag 26 Junie 2013

TUGAS AKHIR


RESENSI NOVEL
 MOGA BUNDA DISAYANG ALLAH
KARYA TERE LIYE
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH MEMBACA KOMPREHENSIF
PENGAMPU M. FAKHRUR SAIFUDIN


                     





DISUSUN OLEH:
MELATI PUTRI UTAMI              A310120031



PROGRAM BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

Judul                           : Moga Bunda Disayang Allah
No. ISBN                    : 979321079-b
Penulis                         : Tere Liye
Penerbit                       : Republika
Tempat terbit               : Jakarta
Cetakan ke-                 : IX
Tahun Terbit                : Mei – 2011
Jumlah Halaman          :306
       Tebal Buku                  :vi+306
Dimensi (PxL)             :20,5×13,5cm
      Bahasa                         :Indonesia
Harga Buku                 : Rp45.000,00
Jenis Buku                   : Fiksi

Novel ini mengangkat sebuah cerita nyata yang terjadi di Alabama 1880-1968. Menceritakan perjuangan seorang anak dengan penyakit yang tiba-tiba datang padanya tanpa sebab yang di ketahuinya ,buta tuli dan bisu, dengan semua keterbatasan yang dimilikinya dia tetap berusaha dan tegar, namun semua yang dirasakannya hanya gelap, segalanya tentang dunia, tuhan hanyalah gelap gulita. Rasa ingin tau yang kuat terkurung didalam dirinya tanpa bisa dia utarakan pada siapapun mebuatnya mudah marah. Membuat kelurganya semakin sedih dengan melihat penderitaan itu.
Ini merupakan cobaan Allah yang merupakan kasih sayangnya kepada hambanya. Dengan segala doa dan ihtiar sang ibu, Allah memberikan jalan keluar dari penderitaan dan cobaan itu melalui seorang pemuda. Cerita novel ini sungguh sangat menggugah hati, dan juga pengarangnya yang sangat kreatif.
Pengarangnya adalah seorang pria yang berumur 34 tahun, lahir pada 21 Mei 1979 yang berasal dari Sumatera Selatan. Nama pengarangnya ini adalah Tere –liye yang merupakan nama penanya, nama aslinya adalah Darwis, anak ke 6 dari 7 bersaudara ini sudah banyak mengeluarkan novel ciptaannya ,sampai tahun 2012 ini sudah 14 buah novel yang di terbitkannya.
Tere – liye telah mengeluarkan 14 buah judul novel. Semua isi novelnya mengandung makna akan semua kesederhanaan dalam kehidupan. Semua novel yang di buat oleh tere liya sangat bermanfaat dan mengandung amanat yang dapat di pelajari dan di pakai dalam kehidupan.
Judul novel ini “semoga bunda di sayang allah”maksudnya adalah seorang ibu yang sangat tegar dalam menghadapi cobaan dan dengan kasih sayang melimpah kepada anak tersayangnya. Tebal buku ini 306 halaman, pengarang novel ini banyak mengeluarkan novel dan kebanyakan novelnya bergenre sedih dan juga membawa banyak kebaikan bagi kita yang membacanya bisa mendapat pengetahuan yang luas juga dapat memperbaiki diri kearah yang lebih baik.
Alasan saya memilih novel ini adalah banyak pelajaran yang dapat saya ambil dari novel ini. Tentang keteguhan hati dalam menghadapi  begitu banyak cobaan, rasa syukur kepada allah sang pencipta. Saat membaca novel ini, terdapat perasaan ingin mengetahui bagaimana akhir cerita dan perjuangan gadis kecil itu, sehingga memacu kita untuk terus mengikuti cerita dari awal hingga akhir.
Novel ini bercerita tentang gadis kecil bernama Melati yang terlahir sangat lucu menggemaskan, rambut ikalnya mengombak, pipinya tembam seperti donat, bola matanya hitam legam seperti biji buah leci dan giginya kecil-kecil bak gigi kelinci. Dia adalah anak seorang terpandang dan pemilik perusahaan yang cukup besar di suatu kota. Keluarga ini tinggal disebuah rumah mewah di perbukitan kota. Keluarganya sangat menyayangi Melati. Bunda dan Tuan HK adalah penghuni rumah tersebut.  Melati berumur enam tahun, tapi kebahagiaan itu sudah tiga tahun yang lalu pergi. Kejadian yang tak terduga terjadi saat Melati berumur tiga tahun. Pada saat itu keluarga Tuan HK berlibur ke pulau Mikronesia. Pulau yang sangat indah dengan sejuta pesona pantai dan laut. Melati gadis yang lucu menggemaskan terhentak dan terjatuh duduk tidak berdaya setelah sebuah piring terbang mengenai kepala imutnya. Saat terjatuh Melati mampu berdiri dan memeluk bundanya. Namun tidak disangka saat keluarganya sedang mempersiapkan akan pulang, tiba-tiba Melati terjatuh saat sedang berdiri. Dokter menyatakan bahwa Melati buta total dan tuli total sehingga otomatis bisu. Serasa di cabut nyawa mendadak, Bunda dan Tuan HK telah kehilangan nikmat Allah yang tidak terhingga bagi anaknya. Disamping hal itu, otak belakang Melati terganggu yang berakibat hilangnya seluruh memori dan daya ingat miliknya.
Melati menjadi seorang yang selalu marah, berteriak-teriak, melempar apa saja yang dipegangnya, memukul dan menjambak apa saja tanpa peduli apapun itu. Melati tidak memiliki akses untuk bisa mengenal dunia dan seisinya. Mata, telinga dan semua tertutup baginya. Melati tidak pernah mendapatkan cara untuk mengenal apa yang ingin dikenalnya. Rasa ingin tahu yang dipendam bertahun-tahun itu akhirnya memuncak, menjadikan Melati menjadi frustasi dan sulit dikendalikan. Orang tuanya berusaha berbagai macam cara untuk bisa mengendalikan Melati. Psikiater dan  dokter anak-anak dari salah satu rumah sakit ternama Ibukota yang diundang oleh orang tuanya tidak berhasil mengendalikan Melati. Bahkan saat Melati ditempeli kertas-kertas medis, Melati menarik salah satu tangan dokter lalu menggigitnya sampai nyaris putus sehingga darah berceceran di lantai.
.Perjuangan Melati dimulai setelah Bunda menemukan Pak Guru Karang yang akhirnya mau membantu anaknya. Karang merupakan pemuda yang tidak punya latar belakang pendidikan. Namun dia memiliki sesuatu yang bahkan tidak setiap orang dengan latar belakang pendidikan memilikinya. Dalam buku ini, Karang diceritakan mampu ikut merasakan perasaan anak-anak yang berdiri di depannnya, di dekatnya dan dengan sentuhannya yang pandai menyenangkan anak-anak. Karang mampu berempati dengan sangat dalam pada apa yang dirasakan Melati. Kehidupan Melati hanya melihat gelap, hitam kosong tanpa warna. Disekelilingnya Melati hanya merasakan senyap sepi, tak ada nada.
Perjuangan belajar seorang buta tuli ini tidak mudah karena diajar oleh seorang yang sedang bermasalah dengan kenangan masa lalunya. Karang sebenarnya hampir kehilangan semangat hidupnya setelah 18 anak didiknya tewas dalam kecelakaan perahu. Perasaan bersalah itu menjadikannya hancur, menjadi pemabuk, hidup di malam hari, kehidupannya benar-benar hancur. Dia bahkan hampir tidak berminat ketika Bunda HK memintanya untuk membimbing Melati. Tapi demi cintanya terhadap anak-anak, Karang akhirnya datang memenuhi permintaan Bunda HK.
Tidak mudah untuk menemukan metode pengajaran bagi Melati. Bagaimana caranya Melati bisa mendengar apa yang dikatakan Karang, bagaimana caranya Melati bisa melihat, bahkan untuk menangis saja Melati tidak bisa menemukan kosakata yang benar. Dunia Melati benar-benar gelap. Melati tidak mempunyai akses untuk tahu, tidak mempunyai cara untuk mengenal apa yang ingin dia kenal. Melati menurut aturan umum disebut sebagai seorang anak yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan, pendengaran, dan ucapan. Namun Tuhan berkata lain. Melati memiliki kelebihan yang luar biasa dibanding anak-anak pada umumnya. Rasa ingin tahunya besar akan keadaan sekelilingnya sehingga dia mudah merasa marah karena ketidaktahuan yang dimilikinya kecuali kegelapan dan kekosongan.
Selama lima hari Karang  berusaha mengajarkan Melati satu hal yaitu memakai sendok. Melatih Melati saja membutuhkan waktu yang sangat lama. Saat Karang menyuruh Melati untuk makan dengan menggunakan sendok, Melati melempar sendoknya dan makanannya. Karang berkali-kali juga mengancam Melati bahwa tidak akan ada sarapan jika Melati terus membantingnya. Karang akhirnya  menyeret Melati dengan kasar, namun cengkeraman Karang terlepas sehingga Melati berhasil meloloskan diri dan berlari. Melati melakukan hal ini sama seperti anak normal lainnya yang berusaha menghindar dari hukuman.
Melati terjatuh, kaki Melati tersangkut sandal kepala kelincinya sendiri. Tubuh kecil itu terbanting tanpa ampun dilantai. Namun, Melati tidak menangis. Sejak tiga tahun lalu ia kehilangan kosa-kata menangis. Ia tidak mengerti apa itu menangis, tidak pernah melihat dan mendengarkan orang menangis, jadi bagaimana Melati akan meniru menangis. Bunda yang memperhatikan melati dari kejauhan tidak dapat menolong, bunda hanya berbisik lemah agar Melati bertahan dan bersabar.
Dihari kelima, Salamah iseng-iseng membereskan kamar Karang. Salamah menemukan botol minuman keras dekat bantal di dalam kamar Karang. Salamah lalu memberitahu Tuan HK. Akhirnya Tuan HK mengusir Karang. Awalnya, Karang memohon-mohon untuk dibiarkan tetap tinggal, bahkan sampai berjanji tidak akan mabuk lagi. Namun, Tuan HK tetap mengusir Karang. Karena ada urusan, Tuan HK pergi ke perusahaannya dan terpaksa pergi ke Jerman. Setelah Tuan HK pergi, Karang dipanggil oleh Bunda HK saat Melati tiba-tiba makan menggunakan sendok. Selama Tuan HK pergi selama tiga minggu, Karang berusaha  mengajarkan Melati apapun. Selama sembilan belas hari, Karang hanya bisa mengajarkan Melati untuk makan sambil duduk. Karang hampir putus asa mencari cara untuk mengajarkan Melati.
Melati tidak bisa melihat, mendengar, ataupun bicara. Bahkan Karang telah mencoba merangsang Melati dengan api. Keesokkan harinya ketika Karang sarapan, tiba-tiba datanglah Tuan HK. Karena Bunda HK tidak memberitahu Tuan HK tentang kemajuan Melati, Tuan HK marah karena masih ada Karang di rumah tersebut. Dalam keramaian, Melati yang terlupakan keluar rumah. Ketika semua orang tersadar, Melati sedang bermain air di luar rumah karena saat itu sedang hujan. Karang kemudian merengkuh tangan melati dengan bergetar dan menuliskan huruf perhuruf di telapak tangan melati ”air”.melati pun tersenyum.kemampuan itu akhirnya tiba juga.seluruh permukaan telapak tangan melati bak merekah oleh simpul saraf yang berjuta kali lebih sensitif.ada mata di situ telingan dan juga  mulut.
Siang itu di habiskan keluarga ini bagaikan kebahagian yang tak pernah di rasakan lagi,semua rasa sedih itu musnah sudah,hanya perasaan bahagia dan lega yang dirasakan hati.melati setelah tau ia bisa mengenali benda-benda melaui tangannya menghabiskan siang dengan berbagai pertanyaan yang tak dapat di tanyakannya yang telah menumpuk ,mengerung tiada henti dan terus tertawa riang.karangpun ikut merasakan perasaan senang melati dan juga terus tersenyum saat menjawab semua pertanyaaan Melati. Kesabaran hati dan keteguhan hati sang bunda dan juga karang sampai akhir, hingga allah memberikan keajaiban kepada melati dan keluarga itu.



Penilaian buku :
Kelebihan buku:
Novel ini memiliki makna yang sangat berharga setelah kita membacanya.Cerita ini menyuguhkan perjuangan hidup yang tidak mudah yang dialami oleh anak-anak. Baik itu Karang yang yatim piatu maupun Melati dengan segala kekurangannya. Namun ada satu kesamaan antara mereka, anak-anak selalu punya janji masa depan yang lebih baik. Penulis berulang kali mengungkapkan kalimat yang mengingatkan pembaca untuk bersabar dan bersyukur “Hidup ini adil, sungguh Allah Maha Adil, kitalah yang terlalu bebal sehingga tidak tahu dimana letak keadilanNya, namun bukan berarti Allah tidak adil”.
Kekurangan buku :
         Sedikit mengunakan kata-kata yang kurang bisa di pahami.Kata-kata mutiara yang di pakai sedikit mempersulit pembaca dan membuat bosan karena terlalu banyak.

Persamaan Novel:
Persamaan novel tere liye yang berjudul “Moga Bunda Disayang Allah” dengan judul “Hafalan Shalat Delisa” yaitu sama-sama mempunyai tema yang sama yaitu tema dari judul Moga Bunda Disayang Allah  bertema arti sebuah kehidupan dan kasih sayang,alur novel ini mempunyai alur maju yang ditandai dengan pengenalan, timbulnya konflik, puncak konflik, antiklimaks dan penyelesaian masalah. Gaya bahasa pada novel melati mempunyai gaya Metafora yaitu“Rambut ikalnya mengombak, pipinya tembam macam donut, bola matanya hitam legam seperti biji buah leci, dan giginya kecil-kecil bak gigi kelinci dan gaya parabola  “ Mungkin kutunya sudah beranak pinak lima generasi” sedangkan judul novel Hafalan Shalat Delisa bertema arti sebuah keiklhasan dalam sebuah kehidupan, alur novel ini mempunyai alur maju yang ditandai dengan pengenalan, timbulnya konflik, puncak konflik, antiklimaks dan penyelesaian masalah. Gaya bahasa pada novel Delisa yaitu gaya personifikasi “ Gelombang sunami sudah menghantam bibir pantai ” dan gaya metafora “ Pohon-pohon bertumbangan bagai kecambah tauge yang akarnya lemah menunjang”

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking